Cerita Sex Nonton Bokep Bareng Mbak Shinta
Nonton Bokep Bareng Mbak Shinta, Malam itu aku sedang suntuk di tempat kosku. Aku perlu refreshing setelah mengerjakan salah satu proyek pesanan klienku. Kutelpon Monika untuk kuajak nonton, tetapi ternyata dia bilang sedang sibuk mengerjakan tugas kuliahnya yang sudah akan deadline. Akhirnya kuputuskan saja untuk beli DVD sekalian makanan untuk makan malam nanti. Di dekat tempat kosku, memang terdapat penjual DVD bajakan. Sudah sering aku beli DVD di tempat itu, malahan aku sudah kenal cukup dekat dengan penjualnya. Kadang saat aku beli DVD, uang kembaliannya aku kasih ke dia. Umurnya sekitar 25 tahunan dan berbodi seksi. Namanya Sinta, dan orangnya memang agak genit. Kalau dilihat sekilas, ada miripnya dengan Della Puspita. Nggak mirip banget sih, tapi lumayan cantik. Hanya bodinya jauh lebih seksi jika dibandingkan aktris sinetron itu.
«Hai..mbak. Ada video baru nggak ?» tanyaku setelah sampai di tempatnya berjualan.
«Ada Wan..Nih pilih aja sendiri» katanya sambil menyodorkan setumpuk DVD.
Kulihat DVD tersebut satu persatu. Ada beberapa yang menarik, seperti »The Terminal«nya Tom Hanks dan «Collateral» nya Tom Cruise.
«Mbak dicoba dulu dong» kataku sambil menyerahkan kedua DVD itu padanya.
Mbak Sintapun kemudian mencoba DVD itu di playernya. Kuperhatikan malam itu dia tampak seksi sekali, dengan T-shirt ketat yang menonjolkan keindahan payudaranya. Tubuhnya tampak padat berisi, dengan rok mini dari bahan jeans yang semakin menambah keseksiannya.
«Ya udah deh..saya ambil mbak»
«Sedang sendirian nih Wan? Nggak pergi sama pacar ?» tanyanya.
«Iya mbak. Sedang suntuk nih, mangkanya saya beli DVD» sahutku.
«Mau yang lebih seru nggak ?» tanyanya lagi sambil tersenyum genit.
«Boleh.» jawabku. Diapun lalu mengambil bungkusan plastik hitam dari balik lacinya, dan menyerahkannya padaku. Kulihat isinya, ternyata DVD porno.
«Wah..kalau beli ini nontonnya nggak bisa sendirian nih» pancingku.
«Emang perlu mbak temenin ?» godanya.
«Siapa takut..bener nih ?» tanyaku. Aku senang sekali mendengarnya. Aku merasakan penisku sudah mulai tegang membayangkan nikmatnya tubuh mbak Sinta.
«Tapi nanti ya Wan..Satu jam lagi aku off. Jemput aja aku nanti»
Akhirnya setelah janjian dan membayar DVD yang kuambil, 2 DVD biasa dan satu DVD porno, akupun pergi dahulu untuk makan malam sambil menunggu mbak Sinta pulang. Aku pergi ke restoran fast food yang berada tak jauh dari tempat penjualan DVD itu. Tak sabar aku menunggu satu jam lagi..
Singkat cerita, mbak Sinta telah berada dalam mobilku. Akupun memacu mobil kembali ke tempat kosku.
«Ih..kok ngebut sih Wan ? Udah pengen ya ?» godanya genit.
«Iya nih mbak..Wawan udah pengen diajarin mbak» sahutku asal.
«Ah..pasti kau udah pinter kan..» jawabnya sambil menyilangkan kakinya. Paha mulusnya makin menambah gairahku.
«Kamu kalau main kuat berapa lama Wan ? Jangan cepet lho.. puasin mbak dulu ya ?» tanyanya lagi genit.
«Iya pasti mbak puas deh..»
«Habis tunangan mbak kalau main cepet banget. » katanya lagi.
«Pantas jadi genit begini» pikirku.
Sesampainya di tempat kosku, aku langsung masuk ke kamarku bersama mbak Sinta. Memang di tempat kosku ini, kamarku agak terpencil. Terlebih memang bebas saja membawa siapapun masuk ke tempat kosku ini.
Kunyalakan AC dan TVku. Segera kupilih DVD porno yang berjudul «Sporty Babes 2» dan kunyalakan DVD playerku. Akupun kemudian beranjak menuju ranjang dimana mbak Sinta telah menunggu.
Kami kemudian menikmati tontonan seru itu. Di layar TV tampak seorang cewek bule cantik sedang disetubuhi di tempat permainan bowling. Desahan suara cewek itu begitu menggairahkan. Tampak lawan mainnya sangat menikmati keindahan tubuh cewek itu saat menyetubuhi sambil menghisapi payudaranya.
Nafas mbak Sinta sudah memberat di sebelahku. Tangannya mulai meremasi tanganku. Kupalingkan wajahku menatapnya, dan mbak Sinta langsung melumat bibirku. Diciuminya aku dengan penuh gairah. Lidahnya mulai menerobos masuk ke dalam rongga mulutku, yang kemudian kuhisap gemas.
Tangankupun mulai meremasi payudaranya yang kenyal dari balik T-shirtnya yang ketat.
«Sebentar..Mbak buka dulu ya » katanya sambil melepaskan T-shirt putih yang dipakainya.
Tampaklah sudah payudaranya yang besar dibungkus BH berwarna krem. Puting payudaranya tampak menonjol di balik kain BH nya itu.
«Ayo kamu yang buka BHnya Wan» ujarnya menggoda.
Tanganku langsung membuka kaitan BH di punggungnya. Lalu kuturunkan tali penyangga dari pundaknya, dan terpampanglah payudara mbak Sinta di depanku. Payudara yang ranum dan besar, dengan putingnya yang menonjol menantang. Kuusap-usap dan kupilin perlahan puting payudara mbak Sinta yang manis ini, sambil kemudian kuciumi lagi bibirnya.
«Ayo Wan, tunggu apa lagi. Isap susu mbak dong» pintanya . Sambil berkata demikian, tangan mbak Sinta agak menekan kepalaku ke bawah menuju dadanya. Tanpa menunda waktu lagi kujilati seluruh permukaan payudaranya.
«Ohh..» lenguh mbak Sinta ketika lidahku mengenai putingnya yang telah menonjol keras. Erangannya semakin menjadi ketika kuhisap putingnya sambil sesekali kugigit perlahan. Sementara aku menghisapi payudaranya yang sebelah kiri, tanganku mempermainkan payudara yang sebelahnya. Tangan mbak Sinta mengusap-usap rambutku sambil terus mengerang nikmat.
«Iya Wan..bener gitu..aduh..enak…oh…» erang mbak Sinta sambil meliuk-liukan badannya. Akupun semakin bernafsu menghisapi dan menjilati payudaranya yang kenyal itu. Kulirik layar TV, dan di layar terpampang adegan dimana seorang cewek bule berambut pirang sedang dijilati vaginanya di atas sebuah meja billiard. Erangan cewek tersebut dari suara TV bercampur dengan suara lenguhan mbak Sinta yang sedang kulahap payudaranya.
«Ayo Wan..mbak ajari seperti itu» ujarnya sambil menarik rambutku dan menunjuk ke layar TV. Kemudian didorongnya pundakku menuju ke arah bawah.
«Cepet buka celana mbak» katanya lagi. Akupun kemudian mengangkat rok jeans mininya dan tampaklah celana dalam
warna krem berenda yang dipakainya. Kubuka celana dalam itu, dan tampaklah liang kewanitaannya dengan rambut yang tercukur rapi.
Tangan mbak Sinta mengelus-elus kemaluannya sendiri, sambil matanya menatapku genit.
«Ayo Wan. Mbak pengen ngerasain jilatanmu disini» katanya lagi sambil tangannya masih sibuk mengusap-usap vaginanya.
Kudekatkan kepalaku ke liang kewanitaannya, dan kujulurkan lidahku. Perlahan kujilati vaginanya. Tubuh mbak Sinta menggelinjang hebat kala itu, sambil mulutnya mengerang dan meracau nikmat.
«Ohh..Wan..ya..jilati terus Wan..enak…ohh..». Sambil melenguh, tangannya menekan kepalaku ke selangkangannya, dan akupun dengan penuh gairah menikmati liang vagina mbak cantik ini. Erangannya semakin keras dan tubuhnya meliuk-liuk liar ketika aku menghisapi klitorisnya.
«Terus Wan..oh…oh….» sambil mengerang mbak Sinta meremas-remasi payudaranya sendiri.
«Ayo Wan, kamu tidur di sini» katanya sambil bangkit dari ranjang.
«Mbak ajari posisi yang lebih enak»
Akupun patuh dan tidur terlentang di ranjang. Sementara kulihat sekilas di TV, si cewek bule cantik sedang disetubuhi secara doggy style di atas meja billiard. Erangan suara dari TV menambah erotis suasana di dalam kamarku.
Mbak Sinta kemudian naik ke atas wajahku. Diturunkannya tubuhnya, sehingga liang kewanitaannya tepat berada di atas mulutku. Kujulurkan lidah, dan mbak Sinta kemudian menggoyang-goyangkan pantatnya di atas wajahku. Erangan mbak Sinta kembali bersaing dengan erangan dari DVD porno di TV.
«Oh..oh…» erang mbak Sinta sambil pantatnya terus bergoyang-goyang mencari kepuasan. Kujilat dan kuciumi dengan penuh gairah vagina mbak manis ini. Tangan mbak Sinta memegang pinggiran ranjang di atas kepalaku, sementara tubuhnya terus bergoyang mencari kepuasan birahi.
Beberapa lama kemudian, goyangan pantat mbak Sinta semakin menjadi.
«Oh..Wan..Mbak hampir sampai…ohhhhhh..» lenguhnya panjang. Tubuhnya menegang, dan saat itu banyak cairan nikmat keluar dari vaginanya. Kuhisap habis cairan kewanitaan itu, dan tak lama mbak Sintapun menjatuhkan tubuhnya di sebelahku.
«Kamu hebat Wan..dengan mas Joko belum pernah aku orgasme seperti tadi» katanya sambil tangannya mengusap-usap dadaku.
«Mbak istirahat sebentar ya» katanya lagi. Sebenarnya nafsuku sudah memuncak, tetapi aku tak mau memaksa mbak seksi ini untuk melayaniku saat itu juga. Kamipun lalu kembali menonton DVD porno yang masih terpampang di layar TV.
Di layar tampak sekarang seorang cewek bule berambut pirang sedang bermain tenis dengan seorang pria. Setelah bermain, mereka beristirahat dan mulai bercumbu. Si cewek bule tersebut lalu membuka celana si pria dan tampak terkejut melihat ukuran penisnya yang besar.
«Oh. my god..I love it..so big» desah si cewek sebelum memasukkan penis itu ke dalam mulutnya. Tampak gairah mbak Sinta kembali bangkit melihat adegan itu.
«Punyamu besar begitu nggak Wan?» tanyanya sambil tangannya mulai merabai kemaluanku.
«Lumayan deh mbak. Memang mbak suka yang besar ya ?»
«Iya. Semakin besar mbak semakin suka» jawabnya genit.
«Ya udah mbak lihat aja sendiri» kataku. Mbak Sinta tersenyum dan mulai membuka celana panjangku.
«Ih..besar juga punyamu Wan. Sampai celananya nggak cukup tuh»
Memang karena nafsuku sudah memuncak, kepala penisku tampak mencuat keluar tak tertampung celana dalamku.
Mbak Sinta tak sabar membuka celana dalamku. Tangannya kemudian mengocok perlahan senjata kelelakianku itu.
«Ih..keras banget..mbak suka kontol yang kayak gini. Besar dan keras. Pasti cewek kamu puas ya .» katanya lirih. Wajah mbak Sinta kemudian mendekati selangkanganku. Hembusan nafasnya terasa hangat di kulit kemaluanku ketika dia mengamati penisku dengan pandangan gemas.
Rasa nikmat yang luar biasa menjalar tubuhku ketika lidah mbak Sinta yang cantik ini mulai menari di kepala penisku. Dijilatinya kepala penisku berikut batangnya. Setelah itu dengan rakus dikulumnya batang kemaluanku. Srrpp..srppp..bunyi itu yang terdengar ketika mbak Sinta memaju-mundurkan kepalanya menghisapi penisku.
«Ahhh..kontolmu enak Wan..mbak suka…hmmmmmmmmm» desah mbak Sinta ketika dia menghentikan kulumannya untuk menjilati batang kemaluanku. Sesaat kemudian, penisku kembali menyesaki mulutnya yang haus kejantanan lelaki itu.
Sementara mulutnya menikmati kejantananku, tangan mbak Sinta mengelus-elus buah zakarku. Aku tak kuasa lagi untuk menahan erangan nikmatku. Tangankupun meremas-remas rambut mbak Sinta gemas. Mbak Sinta semakin cepat menghisapi penisku. Kadang mulutnya dimiringkan, sehingga penisku membuat pipinya tampak menggelembung. Tangannyapun semakin cepat mengocok batang kemaluanku. Kemudian dikeluarkannya penisku dari mulutnya, dan kembali dijilatinya seluruh permukaan penisku sambil tangannya mengurut-urut buah zakarku.
«Keluarin dimulut mbak Wan..mbak pengen minum spermamu..» katanya dengan nada memerintah.
Aku tentu tak menolak perintahnya. Memang aku sudah tidak tahan lagi. Sambil mengerang nikmat, akupun mengalami ejakulasi. Saat itu, mbak Sinta malah kembali mengulumi kemaluanku, sehingga spermakupun masuk ke dalam mulutnya. Mbak Sinta kemudian menjilati kemaluanku sampai bersih.
«Enak Wan..» tanyanya sambil menjilati spermaku di sudut bibirnya.
«Enak mbak..» jawabku lemas.
Kamipun lalu kembali beristirahat sambil menonton tayangan DVD. Kali ini dilayar tampak seorang cewek ABG bule berambut coklat sedang belajar memancing. Tak lama cewek itu sudah bercumbu dengan pelatihnya. Si cewek ABG menaiki tubuh lawan mainnya, dan mulai memompa tubuhnya naik turun. Sementara si aktor, seorang lelaki setengah baya, meremasi payudara cewek tersebut yang bergelantungan indah. Adegan persetubuhan lalu dilanjutkan dengan gaya doggy style. Tak lama kamipun kembali terangsang.
«Wan..mbak pengen seperti itu. Mbak pengen ngerasain ngentotin kontolmu. Pasti lebih enak daripada punyanya mas Joko» katanya sambil merabai kemaluanku dan mulai menciumi bibirku. Mbak Sinta melepaskan rok mininya yang masih tersisa, lalu menaiki tubuhku dan mengarahkan kemaluanku pada lubang kewanitaannya.
«Ohhh….» desahnya saat penisku mulai menerobos liang vaginanya. Diapun mulai memompa kemaluanku naik turun. Terkadang diapun mengoyang-goyangkan pantatnya ke kiri dan ke kanan.
Suara deritan ranjang, erangan mbak Sinta, serta erangan suara dari DVD memenuhi kamar kosku. Walaupun AC kamar telah dinyalakan, tetap saja tubuh kamipun berkeringat. Tetesan peluh itu mengalir dari wajah mbak Sinta membasahi payudaranya. Aku segera membuka T-shirt yang masih aku pakai. Sementara itu, mbak Sinta terus bergoyang menikmati kejantananku. Tanganku tak ketinggalan meremasi payudaranya yang kenyal. Beberapa menit kami bersetubuh dengan gaya ini.
«Ayo Wan..sekarang mbak pengen dientotin dari belakang» katanya sambil bangkit dari tubuhku. Dia kemudian menungging sambil tangannya memegang ujung ranjang. Akupun segera memasukkan penisku kembali ke dalam vaginanya.
«Ohh..enak Wan…terus Wan..ohhh..yang cepat…ohhh» desah mbak Sinta saat kupompa tubuhnya. Tanganku meremasi payudaranya yang bergoyang menggemaskan. Terkadang kuremas pula pantatnya yang bulat padat menantang.
«Ayo Wan… mbak hampir sampai..terus wan…oh…ohh…ohhhhh». Tubuh mbak Sinta kembali mengejang, lalu rebah lemas di atas ranjang.
Kali ini aku tak mau lagi «menggantung». Kubalikkan badan mbak Sinta dan kuarahkan penisku kembali ke liang vaginanya yang telah licin oleh cairan orgasmenya. Kugenjot tubuh mbak yang seksi ini dengan gaya missionary.
«Eh..eh..» demikian erangan yang keluar dari mulutnya seirama dengan genjotan tubuhku.
«Hisapi putingku mbak» kataku. Mulut mbak Sintapun kemudian menghisapi puting dadaku sementara aku menggenjot tubuhnya. Tak lama akupun tak tahan lagi menahan ejakulasiku yang kedua. Wajah cantik mbak Sinta ditambah dengan erangannya, serta jepitan vaginanya di kelaminku membuatku mencapai puncak.
«Aku sampai mbak..ahhhhhh» jeritku tertahan ketika aku menyemburkan spermaku dalam rahimnya.
Kamipun berbaring lemas di atas ranjang. Puas sekali rasanya menyetubuhi mbak Sinta nan ayu ini. Kunyalakan sebatang rokok untuknya dan satu untukku. Kami kemudian mengobrol dan bercanda sambil tiduran di atas ranjang.
«Wan..anterin aku pulang ya» katanya setelah dia menghabiskan rokoknya.
«Lho..udah malam mbak nanggung. Nginep di sini aja»
«Wah jangan Wan..besok pagi mas Joko mau jemput aku berangkat kerja. Aku juga nggak bawa pakaian ganti» jawabnya.
Akhirnya, aku mengantar dia ke rumahnya. Cuma aku menurunkannya agak sedikit jauh dari rumahnya agar tetangganya tidak curiga. Enak juga nonton DVD bareng mbak Sinta. Mungkin aku akan semakin sering beli DVD nantinya.